Belajar matematika itu susah? Tidak jarang kita dapati banyak anak mengeluhkan pelajaran matematika di sekolah. Banyak dari mereka mengaku sulit memahami pelajaran matematika, padahal pelajaran ini menjadi komponen wajib dalam kurikulum, yang artinya akan terus diajarkan dari jenjang sekolah dasar hingga menengah. Dilihat dari manfaatnya, matematika menjadi salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berpikir dan berargumentasi. Kegunaan ilmu ini bersifat jangka panjang dan sepanjang hidup maka dari itu menumbuhkan minat belajar matematika anak perlu dibina sejak dini.
Pengajaran matematika sebaiknya menempatkan anak sebagai subjek yang belajar aktif. Jika didapati ada siswa yang kurang minat untuk mempelajari matematika, maka harus ada penanganan dari guru dan juga orang tua. Para pengajar harus dapat menyusun sistem pembelajaran untuk materi matematika dengan strategi yang bervariasi dan melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang dilakukan harus mengacu pada peningkatan aktivitas dan partisipasi siswa. Para pengajar harus berupaya mengubah cara mengajarkan matematika menjadi lebih menarik dan menyenangkan sehingga dapat menumbuhkan minat belajar matematika anak didik untuk belajar matematika tanpa paksaan.
Berikut ini 10 cara menumbuhkan minat belajar matematika pada anak didik yang bisa dilakukan:
- Menciptakan penyajian materi yang bervariatif dan menarik. Penyajian materi bisa dalam bentuk permainan, diskusi, atau kegiatan outdoor. Hal ini untuk mencegah siswa merasa bosan dengan pelajaran matematika.
- Sampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan manfaat dari materi yang akan dipelajari agar anak didik merasa tertarik. Jika anak mengetahui aplikasi materi maka mereka akan termotivasi untuk menguasai materi tersebut.
- Menyampaikan materi pelajaran matematika dengan bercerita dan memberi contoh. Memahami matematika bukan dengan menghafal rumus matematika semata, melainkan dengan berpikir logis dalam memecahkan masalah matematis. Daya pikir dan nalar anak akan berkembang saat permasalahan matematis dirangkai dalam bentuk cerita. Misalnya, untuk materi tentang bangun ruang, anak diminta berimajinasi sedang berada dalam sebuah prisma atau limas. Mereka diminta untuk merasakan permukaan, garis, dan titik sudutnya. Materi lain seperti aritmatika, anak-anak bisa diminta membayangkan sedang melompat di dalam bak pasir kemudian melompat lagi dan akhirnya dapat menghitung total jumlah lompatan.
- Menerjemahkan soal matematika dalam bentuk permainan. Misalnya untuk konsep pengurangan dan penjumlahan pada sekolah dasar bisa dikenalkan melalui permainan peran sebagai penjual dan pembeli.
- Mengajak anak berlomba mengerjakan soal matematika. Jika terlibat dalam sebuah perlombaan, anak akan termotivasi untuk menyelesaikan soal matematika dan cara ini lebih menyenangkan apalagi jika ada reward yang bisa diterapkan.
- Melibatkan kemampuan anak untuk memecahkan masalah matematika. Anak diberi permasalahan matematis yang terdapat dalam kehidupan mereka sehari-hari dan diajak untuk menyelesaikannya secara matematis. Misal, berapa jumlah kue yang bisa dimakan oleh dua anak jika dalam sehari mereka bisa makan kue sebanyak 3 kali dengan jumlah masing-masing 2 buah kue.
- Membiasakan anak didik dengan hitungan matematika dalam keseharian di kelas misalnya menghitung jumlah anak yang hadir, menggunakan kurikulum berbasis penelitian, dan lain-lain.
- Menggunakan teknologi sebagai alat bantu. Misalnya, agar anak lebih mudah memahami tentang bangun ruang, pengajar bisa membuat peraga visual yang bisa ditonton oleh anak-anak di kelas.
- Menggunakan kisah sukses dari para ilmuwan dunia untuk menumbuhkan motivasi dan teladan bagi peserta didik.
- Anak diminta membuat karya yang berhubungan dengan materi matematika yang kemudian dipajang di depan kelas atau diikutkan dalam berbagai lomba. Hal ini akan mengembangkan kemampuan siswa tidak hanya berkaitan dengan pemahaman tentang materi matematika tetapi juga kreativitasnya.