Ketika Hujan Membuat Aktivitas Belajar Tidak Lagi Menyenangkan
Tahun ajaran baru di negara yang beriklim 4 musim, biasanya disambut dengan penuh semangat. Selepas menikmati liburan musim panas, mereka akan memulai tahun ajaran baru bersamaan dengan musim gugur. Semangat dan gairah tersebut menyiratkan aktivitas belajar menyenangkan.
Penyesuaian tahun ajaran baru dengan semangat belajar peserta didik, sepertinya sudah dipikirkan dengan matang oleh penyelenggara pendidikan. Pemahaman terhadap psikologis peserta didik sengaja direalisasikan sesuai kondisi geografis negara yang bersangkutan.
Anda pasti susah menemukan negara yang memulai tahun ajaran barunya pada musim dingin. Selain faktor cuaca yang kurang bersahabat untuk beraktivitas, kalender pendidikan di musim dingin juga tidak efektif.
Para orang tua akan kebingungan mengalokasikan biaya pendidikan dan biaya liburan. Akibatnya, negara berisiko mengalami kegagalan mewujudkan aktivitas belajar menyenangkan.
Bencana dan Pekerjaan Rumah
Kegagalan negara sebagai penyelenggara pendidikan, sangat mengancam kualitas peserta didik yang dihasilkan. Kegagalan beradaptasi dengan iklim geografis, membuat peserta didik sulit berpikir kritis.
Pemakluman terhadap kegagalan beradaptasi itu memang bisa diterima karena kondisi geografis. Akan tetapi, di negara yang iklim geografisnya lebih bersahabat pun, banyak peserta didik yang tetap tidak mampu berpikir kritis.
Di Indonesia saja, faktor alam dan cuaca masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah. Anda pasti tidak asing dengan temuan-temuan tentang sekolah yang terpaksa libur karena kebanjiran atau dihantam angin puting beliung.
Pekerjaan rumah pemerintah ini masih menjadi tanda tanya besar terhadap keseriusan mereka menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Sesuatu yang harusnya dimulai dari jaminan aktivitas belajar menyenangkan.
Menjawab Kendala Geografis
Beberapa kasus pendidikan yang berkonflik dengan faktor geografis, ketidaksiapan penyelenggara pendidikan memberikan alternatif tempat belajar. Karena aktivitas belajar terlalu bergantung pada bangunan dan rutinitas sekolah, kedatangan bencana alam otomatis menghentikan segala aktivitas.
Rutinitas 9 jam belajar di sekolah pun hilang, selama 2-3 hari, tergantung kebijakan pihak sekolah. Artinya, pikiran dan keterampilan peserta juga tidak terasah selama libur dadakan itu.
Selain itu, rendahnya inisiatif dan kesadaran untuk merespons penanganan bencana, juga melipatgandakan kendala. Kesadaran ini mutlak diajarkan kepada para peserta didik dalam sebuah kurikulum. Apabila Anda mengenal materi muatan lokal, maka seharusnya juga tersedia materi penanganan bencana.
Demi menjawab kendala geografis dan mendukung aktivitas belajar menyenangkan, Anda bisa memikirkan sejumlah saran berikut ini.
1. Ubah Cara Pandang
Ketergantungan pada aktivitas belajar di sekolah sudah berlangsung dari generasi ke generasi. Kalau ternyata tidak banyak yang bisa dibanggakan dari model lawas tersebut, sebaiknya tinggalkan saja. Anda bisa menggantinya dengan mengubah cara pandang lebih dahulu. Bukan hal yang mudah memang karena Anda juga produk dari kebijakan lawas. Namun saat ini sudah semakin banyak inovasi yang mendukung perubahan cara belajar.
2. Perbanyak Aktivitas di Ruang Terbuka
Banyak sedikitnya perubahan cara pandang dapat diukur dari perilaku yang lebih konkret. Kalau persepsi belajar di kelas sudah berhasil dihilangkan. Wujudkan tahap selanjutnya dengan belajar di ruang terbuka, seperti di museum, taman, maupun objek wisata alam.
3. Bersahabat dengan Internet
Menolak dan memusuhi internet sama saja mengucilkan diri dari pergaulan sosial. Di samping dampak negatif, lebih banyak manfaat yang bisa Anda dapatkan dengan pemakaian internet yang bertanggung jawab. Untuk menyempurnakan aktivitas belajar menyenangkan, internet merupakan medium tepat dengan segala kekayaan informasinya.
4. Memberikan Kepercayaan
Tidak peduli peran dan status Anda, sebagai peserta atau fasilitator pendidikan, kepercayaan adalah kunci pelengkap untuk sebuah kualitas. Dengan kepercayaan yang dibangun dengan baik, terciptalah keleluasaan berpikir. Hal ini sangat baik untuk menunjang model pendidikan yang lebih kreatif dan menyenangkan bagi generasi masa depan.
Itulah beberapa saran yang dapat Anda pikirkan untuk mendukung aktivitas belajar menyenangkan. Satu-satunya dukungan bagi keberlangsungan kualitas pendidikan adalah menunjukkan kepedulian. Sejak detik ini, mulailah kepedulian tersebut dari diri Anda sendiri.
How useful was this post?
Click on a star to rate it!
Average rating 0 / 5. Vote count: 0
No votes so far! Be the first to rate this post.
Be the first to write a comment.