Cara Melindungi Anak dari Cyberbullying
Nyatanya, derap langkah kemajuan teknologi memang telah memengaruhi perilaku kita sebagai makhluk sosio-kultural. Pola interaksi dan komunikasi kita telah sangat bergantung pada teknologi komunikasi dan informasi, yang kehadirannya tidak hanya bersifat konstruktif namun juga destruktif. Salah satunya adalah terjadinya cyberbullying. Dan untuk menghindari meluasnya dampak negatif tersebut, maka perlu dilakukan upaya melindungi anak dari cyberbullying.
Pada dasarnya, cyberbullying ini bisa menimpa semua kalangan usia. Mulai dari anak usia sekolah dasar (SD) hingga orang dewasa. Namun, pada anak, dampak yang ditimbulkan bisa lebih berbahaya dari merisak di dunia nyata. Karena seperti yang kita tahu, pelecehan ini tidak hanya mencakup lingkungan di sekitar anak, tetapi bisa dengan mudahnya meluas di seantero dunia maya.
Umumnya, praktik merisak (red: merisak berarti mengusik; mengganggu, sering dipadankan dengan kata bullying) di dunia maya (cyber) ini berbentuk sebuah komentar pedas, komentar miring, cemooh, ejekan, intimidatif, atau yang lainnya, yang intinya bertujuan untuk mempermalukan atau melecehkan. Hingga dampak-dampak negatif seperti cemas, takut, merasa dipermalukan, dan lain sebagainya akan sangat menghantui anak. Atau bahkan bisa menyebabkan terjadinya bunuh diri pada korban. Karenanya, upaya melindungi anak dari cyberbullying menjadi sangat penting untuk dilakukan oleh para orang tua dan orang dewasa di sekitar anak.
Peran Antisipatif Orang Tua
Langkah pertama yang harus dilakukan orang tua dalam upaya melindungi anak dari cyberbullying adalah melek teknologi. Logikanya, jika Anda belum paham tentang seluk beluk dunia maya dengan segala fiturnya, bagaimana Anda akan bisa memberi penjelasan dan pengawasan pada anak? Yang ada, nasihat dan aturan-aturan Anda hanya akan dijadikan angin lalu oleh mereka.
Jadi, mengikuti perkembangan kekinian juga penting dilakukan oleh orang tua. Karena bagaimanapun, zaman terus berkembang dan tidak lagi sama dengan zaman para orang tua dulu.
Kemudian, ada baiknya pula jika Anda juga menerapkan aturan-aturan yang dapat meminimalisasi dampak-dampak negatif tersebut. Misalnya, memberi penjelasan tentang internet positif, fungsi dari media sosial, dan membatasi situs-situs yang boleh anak kunjungi. Tentunya, pemberian aturan-aturan tersebut harus Anda sampaikan dengan pola komunikasi yang terbuka, dan bukan dengan nada intimidatif atau otoriter.
Karena penerapan aturan yang terlalu keras, justru akan menjadikan anak membangkang atau melawan. Secara kasat mata, bisa jadi mereka akan memberontak di belakang Anda. Atau bahkan, bisa jadi anak yang besar dari lingkungan keluarga yang keras dan kurang harmonis adalah anak yang berpotensi menjadi pelaku dari cyberbullying.
Nyatanya, upaya melindungi anak dari cyberbullying adalah PR semua orang tua, agar anak-anak Indonesia tidak ada lagi yang menjadi korban atau pelaku dari praktik merisak di dunia maya ini.
Peran Sekolah dan Lingkungan
Pihak lain yang juga berperan penting dalam upaya melindungi anak dari cyberbullying ini adalah sekolah dan masyarakat. Seperti yang kita tahu, sekolah adalah rumah kedua bagi anak. Dan di sana pulalah mereka menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berinteraksi dengan kawan sebaya. Sama halnya dengan merisak, bukan tidak mungkin jika dari sekolahlah cyberbullying yang dialami anak bermula. Karenanya, peran sekolah juga menjadi sangat penting.
Sekolah berperan untuk menciptakan lingkungan dan suasana belajar yang nyaman dan kondusif. Sebisa mungkin, guru dan civitas akademika lainnya membangun kultur sekolah yang tidak mengakibatkan perilaku merisak antarsiswa. Untuk kasus pencegahan cyberbullying, sekolah bisa mengantisipasinya dengan memberikan arahan dan pendidikan etika berinternet dan internet positif bagi para siswa.
Kalaupun suatu ketika terjadi konflik antarsiswa, optimalisasi fungsi guru BK (Bimbingan dan Konseling) bisa menjadi salah satu alternatif solusi. Guru BK selayaknya bisa menjadi pendamping dan penguat anak ketika mereka tengah berada dalam masalah. Untuk kasus di dunia maya, guru bisa menugaskan salah satu siswa yang dipercaya untuk menjadi mata-mata di kalangan teman-temannya. Hal ini penting untuk memantau aktivitas dunia maya para siswa, mengingat biasanya mereka sangat enggan untuk memasukkan guru dalam daftar pertemanan mereka. Dengan begitu, ketika terjadi cyberbullying antarsiswa, guru bisa langsung bertindak untuk menanganinya.
Nah, itulah beberapa cara yang harus dilakukan dalam upaya melindungi anak dari cyberbullying. Yuk, bersama ciptakan lingkungan internet yang positif bagi anak.
How useful was this post?
Click on a star to rate it!
Average rating 0 / 5. Vote count: 0
No votes so far! Be the first to rate this post.
Be the first to write a comment.