Cara Mengkritik Anak Tanpa Berlebihan
Semua orang tua pasti berniat baik untuk anak. Saat anak melakukan kesalahan, reaksi pertama mereka adalah mengkritik. Ini wajar, mengingat orang tua hanya ingin anak melakukan hal yang baik dan benar. Namun, cara mengkritik anak yang kurang tepat justru dapat menjadi bumerang bagi orang tua sendiri.
Cara mengkritik anak yang terlalu berlebihan bisa menghasilkan tiga kemungkinan, yaitu:
- Anak jadi mudah sakit hati dan tidak percaya diri, sehingga takut melakukan segala sesuatu sendiri. Pada akhirnya, anak malah jadi susah mandiri.
- Anak jadi mudah takut dan memilih untuk pura-pura tidak melihat maupun mendengar. Hal ini dapat mengganggu perkembangan psikologis mereka, yaitu kesulitan menangkap emosi pada wajah, karena mereka memilih tidak menatap lawan bicara.
- Anak akan mudah membangkang atau tidak memperhatikan orang tua, karena tidak suka disalahkan. Apalagi, anak dikritik dengan cara pedas dan menyakitkan.
Jangankan anak, orang dewasa yang biasanya lebih rasional pun tidak suka dikritik terlalu pedas. Namun, bagaimana cara mengkritik anak yang tepat? Bila tidak mengkritik sama sekali, ini juga berbahaya. Anak malah tidak akan tahu batas antara yang benar dengan yang salah.
Inilah beberapa cara mengkritik anak yang tidak terlalu berlebihan:
-
Gunakan metode sandwich.
Cara ini sudah banyak digunakan di sekolah-sekolah dasar, terutama saat pembagian rapor. Demi terus menyemangati anak untuk belajar dan berkembang, para guru memulai kritik seperti ini:
- Mengawali dengan pujian. Contoh: “Andi selalu rajin masuk kelas dan datang tepat waktu.”
- Melanjutkan dengan kritik mengenai masalah yang sedang dialami anak. Contoh: “Sebenarnya Andi bisa lebih memahami pelajaran bila di kelas tidak menjahili teman.”
- Mengakhiri juga dengan pujian dan dukungan. Contoh: “Andi pasti bisa lebih memahami pelajaran bila lebih memperhatikan guru lain kali.”
-
Hindari mengkritik di depan umum.
Jangankan anak, orang dewasa saja tidak suka dipermalukan seperti ini. Harga diri mereka akan jatuh dan menjadi tidak percaya diri.
-
Mencari akar permasalahan sebelum mengkritik.
Mungkin Anda kecewa dengan prestasi anak di sekolah akhir-akhir ini. Sebelum langsung mengkritik dan memarahi, cari dulu akar permasalahannya. Apakah anak sedang ada masalah di sekolah?
Anda bisa memilih cara mengkritik anak yang tepat. Bahkan, bila ternyata saat itu anak lebih membutuhkan dukungan, ajaklah mereka untuk sama-sama memikirkan solusi masalahnya.
-
Lebih fokus dengan solusi daripada hanya mengkritik.
Mungkin ada orang tua yang cenderung tidak mau tahu dan hanya bisa mengkritik. Padahal, bila anak tidak diberi kesempatan untuk berpikir mencari jalan keluar, cara tersebut tidak konstruktif. Rasa percaya diri anak bisa terkikis, sehingga malah jadi takut mencoba hal-hal baru.
Cara mengkritik anak tanpa saran dan solusi juga tidak menyelesaikan masalah. Bahkan, lebih baik lagi bila Anda mengajak anak untuk sama-sama fokus pada solusi.
-
Meskipun sebaiknya tidak salah, jelaskan bahwa kesalahan adalah proses pembelajaran.
Ini juga kerap dilupakan oleh orang tua saat mengkritik anak. Memang, melakukan kesalahan bisa jadi hal yang memalukan. Namun, ingat. Anak juga manusia. Manusia tidak ada yang sempurna. Bahkan Anda sendiri juga bisa melakukan kesalahan.
Anda bisa menggunakan cara mengkritik anak dengan mengingatkan bahwa kesalahan adalah proses pembelajaran. Meskipun sebaiknya tidak salah, anak bisa menjadikannya pengalaman agar tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi. Bahkan, kalau perlu, Anda bisa mengajak anak untuk membuat perjanjian tertulis.
How useful was this post?
Click on a star to rate it!
Average rating 0 / 5. Vote count: 0
No votes so far! Be the first to rate this post.
Be the first to write a comment.