Child-free merupakan suatu mindset terkait keputusan untuk tidak memiliki anak, bahkan usai menikah. Pola pikir childfree semakin banyak dianut di Indonesia akhir-akhir ini. Kebanyakan penganutnya adalah generasi milenial. Mindset ini lantas menimbulkan pro & kontra di tengah masyarakat. Sebagian besar masyarakat menilai child-free ini adalah hal yang amat negatif karena pada dasarnya memiliki keturunan merupakan salah satu siklus hidup manusia.
Bagaimana denganmu atau pasangan? Apakah ingin memutuskan untuk child-free? Simak pro & kontranya berikut karena keputusan yang kalian ambil akan berdampak jangka panjang!
Tanpa anak, raih kebebasan hingga tua
Ketika memiliki anak, banyak orangtua yang harus menunda impiannya demi merawat anak. Mulai dari target keliling dunia hingga karir tertentu. Kalaupun harus menunda impian, setidaknya harus menunggu hingga anak beranjak remaja dan kondisi keuangan sudah stabil kembali.
Hubungan antar pasangan lebih baik
Via Freepik
Child-free mindset sudah lebih dulu diterapkan oleh masyarakat di luar negeri, khususnya Amerika Serikat. Pasangan yang tidak memiliki anak menyadari bahwa mereka memiliki hubungan yang lebih kuat karena energi dan waktu benar-benar diarahkan pada hubungan tersebut.
Keuangan lebih stabil
Kian hari harga kebutuhan hidup semakin meningkat dan angkanya tidak sebanding dengan peningkatan gaji. Beberapa pasangan bahkan sudah cukup kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Jika memiliki anak, ada banyak pengeluaran yang perlu dipenuhi. Di antaranya pangan, sandang, hiburan, dan pastinya pendidikan dari usia dini hingga kuliah nanti.
Mengurangi stres dan tanggung jawab
Merawat anak bukan hanya perkara menyiapkan uang untuk kebutuhan hidupnya. Tapi juga menyiapkan mental dan banyak waktu. Terlebih lagi parenting itu merupakan pekerjaan seumur hidup, atau setidaknya hingga anak sudah dewasa dan bisa menjalani hidupnya sendiri. Apabila kamu dan pasangan memang belum siap mental untuk menjadi orangtua, keputusan child-free adalah hal yang tepat. Pasalnya jika dipaksakan, bukan hanya kesehatan mental sendiri yang dikorbankan. Tapi juga kesehatan mental dan fisik anak.
Terisolasi secara sosial
Pasangan yang child-free rentan mengalami isolasi sosial. Terutama di saat teman dan orang di lingkungan sekitar sudah memiliki anak. Topik pembicaraan mungkin sudah berubah dan waktu hangout sudah semakin jarang karena yang lain sibuk mengurus anak. Pasangan yang child-free kemungkinan besar hanya menghabiskan waktunya berduaan saja hingga masa tua nanti.
Tidak merasakan kegembiraan menjadi orangtua
Meski merawat anak itu sulit dan menghabiskan banyak uang, kenyataannya hal tersebut sebanding dengan kebahagiaan yang didapatkan ketika anak tumbuh sehat dan pintar. Para penganut child-free tidak bisa merasakan kebahagiaan tersebut. Misalnya saja ketika menyaksikan anak lulus sekolah, liburan sekolah bersama sekeluarga, hingga mengantarkan anak ke jenjang pernikahan, dan seterusnya.
Tekanan sosial
Mayoritas masyarakat Indonesia, terutama para generasi terdahulu, menilai orang yang child-free itu sebagai orang yang egois dan tidak dewasa. Bukan tidak mungkin mereka akan terus menekan para penganut child-free untuk merubah pikiran.
Kemungkinan terjadinya penyesalan di masa tua
Via Freepik
Ada komentar yang selalu muncul untuk para pasangan pemilik childfree mindset, katanya nanti bisa menyesal ketika tua tidak ada anak yang mengurus. Memang tidak menutup kemungkinan kalau nantinya akan muncul rasa penyesalan di masa tua. Dan yang perlu dipertimbangkan adalah waktu tidak dapat diulang. Kalaupun nantinya pasangan childfree ingin berubah pikiran, umur yang sudah bertambah tentu akan mengurangi peluang untuk hamil.
Pada akhirnya keputusan untuk childfree atau tidak itu ada di tangan kamu dan pasangan. Pertimbangkan baik-baik. Apakah kalian siap dan mampu menghadapi tantangan dari keputusan tersebut?