Setiap anak adalah istimewa dan unik. Hal ini perlu disadari dengan sungguh-sungguh oleh setiap orang tua. Masing-masing anak lahir dengan kelebihan yang tidak dimiliki oleh anak-anak lain. Kadang kala, kelebihan tersebut tidak terlihat dengan jelas. Adalah tugas orang tua untuk membuka tabir tersebut dan terus mendukung serta bangga pada anak dan kelebihannya.
Orang Tua Harus Peka
Suatu hari, seorang ibu mengeluh karena anaknya yang masih kelas 3 SD sama sekali tidak suka matematika. Yang dilakukan oleh anak ini setiap saat adalah menggambar atau tepatnya mencoret-coret kertas sehingga membentuk garis-garis yang tidak jelas. Bukan hanya si ibu, guru kelas anak ini pun mengeluh karena tingkah anak tersebut ketika berada di sekolah.
Secara akademis, anak ini memang berada sangat jauh di belakang teman-temannya. Nilai-nilainya pas-pasan, bahkan hampir tidak mencukupi untuk syarat naik kelas. Namun, ketika diminta untuk menggambar, ia sangat antusias dan ide-idenya tidak pernah terpikirkan. Ibu ini pun mulai berusaha memahami anaknya dan memberikan kesempatan kepadanya untuk mengembangkan kesenangan tersebut.
Ketika anak tidak memenuhi keinginan orang tua atau guru tentang nilai-nilai yang wajib dipenuhi setiap semester, bukan berarti ia adalah anak bodoh. Ia hanya tidak tertarik pada hal itu sehingga tidak ingin mempelajarinya. Nah, tugas orang tua adalah melatih kepekaan supaya bisa melihat kelebihan anak lalu mengasah bagian tersebut dengan stimulasi yang tepat.
Dukung Anak untuk Belajar
Setiap orang seharusnya menyadari bahwa pelajaran matematika bukan satu-satunya pelajaran yang paling penting. Semua pelajaran bisa dibilang sama penting sehingga tidak boleh ada yang disepelekan atau pun sebaliknya. Oleh karena itu, orang tua perlu mendukung anak untuk belajar apa pun yang baik untuk dipelajari.
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah mendukung anak untuk belajar sesuai dengan caranya. Kadang kala, cara belajar anak berbeda dengan cara belajar yang di inginkan oleh orang tuanya. Namun, jika ternyata cara itu efektif untuknya, tentu tidak ada salahnya dilakukan. Yang penting adalah orang tua terus mengawasi dan menolong jika anak membutuhkan bantuan.
Poin kedua adalah memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih. Memang, sistem pendidikan di Indonesia saat ini belum mendukung kebebasan memilih pendidikan yang kita inginkan. Setidaknya, berilah kesempatan dan ruang bagi anak untuk melakukan hal-hal yang ia senangi. Penuhi kebutuhan dan siapkan fasilitas yang memadai untuk itu.
Ayah dan Ibu, Banggalah Padaku
Tidak jarang ada orang tua yang marah-marah hanya karena nilai matematika sang anak sangat rendah. Ibu atau ayah ini merasa malu kepada orang lain karena memiliki anak yang “bodoh”. Mereka terus-menerus membandingkan sang anak dengan jago matematika di kelasnya sehingga menyebabkan anak trauma belajar.
Kenyataannya, anak membutuhkan dukungan orang tuanya untuk menikmati proses belajarnya. Ia pun ingin menunjukkan bahwa ia bisa dan mampu seperti anak-anak lain. Hanya saja, tidak semua anak adalah ahli matematika. Jika Anda memiliki anak yang tidak suka pelajaran matematika, saatnya Anda mulai mendorong anak untuk menekuni kesukaannya yang lain. Tunjukkanlah antusiasme yang sama pada setiap pencapaian anak, bahkan jika itu adalah hal yang paling sepele sekalipun.
Rasa bangga orang tua terhadap anak berdampak positif pada pertumbuhan dan perkembangan karakter anak. Rasa bangga tersebut akan menumbuhkan rasa percaya diri anak karena tahu bahwa orang tuanya peduli padanya dan mau menghargai usahanya.