Kemampuan berbahasa, khususnya bahasa asing saat ini semakin digandrungi banyak orang. Khusus anak-anak, kemampuan berbahasa asing akan menjadi bekal sangat berguna di masa depannya. Namun soal mengajarkan bahasa asing sejak usia dini masih ada pro kontra. Ada sebagian orang tua yang berpendapat bahwa belajar bahasa asing sejak dini akan membuat kemampuan bicara anak menjadi lambat.
Di sisi lain banyak pula yang menegaskan bahwa masa-masa antara 0-6 tahun yang merupakan golden age (usia emas) justru harus dimanfaatkan untuk membekali anak dengan kemampuan berbahasa asing. Sehingga kemampuan kognitif satu ini akan lebih tertanam jika sudah mulai diajarkan sejak dini.
Belajar Bahasa Asing Sejak Dini Memperlambat Kemampuan Bicara?
Asumsi bahwa belajar bahasa asing sejak dini akan memperlambat kemampuan bicara anak berlandaskan pada anggapan bahwa hal itu akan mengakibatkan kebingungan bahasa bagi si anak. Misalkan untuk mengingat kata ‘buku’ saja anak harus mengingat kata buku dan book. Namun apakah anggapan ini benar?
Fakta sebaliknya justru dihadirkan oleh beberapa ahli. Roslina Verauli, seorang psikolog anak dan keluarga, dalam sebuah diskusi bertajuk ‘Multilingual Sejak Dini, Kenapa Tidak?’ mengungkapkan bahwa yang terjadi pada anak-anak ketika diajarkan lebih dari satu bahasa adalah peleburan bahasa atau code mixing.
Dikutip dari Kompas, 05/04/2017, Rosalina mengungkapkan adanya penelitian perkembangan Bahasa yang menyimpulkan bahwa bayi tidak akan mengalami keterlambatan kemampuan berbicara meskipun diajarkan dua Bahasa yang berbeda.
Hal senada disampaikan seorang pengajar senior di EF English First, Meta Fadjria. Dalam kesempatan yang sama ia mengatakan bahwa siapa pun dapat menjadi multilingual. Proses mewujudkannya pada anak usia dini menuntut peran aktif orang tua. Menurutnya, usia 3 sampai 6 tahun justru usia yang tepat untuk mengajarkan bahasa Inggris yang lebih terstruktur.
Anak Indonesia Sudah Terbiasa Belajar Lebih dari Satu Bahasa
Pada dasarnya dalam keseharian kita, anak-anak sudah diajarkan bicara dalam lebih dari satu bahasa. Terutama hal ini terjadi pada keluarga yang orang tuanya berlainan suku. Mereka akan mengajari anaknya Bahasa Indonesia sekaligus bahasa sukunya. Jadi anak-anak Indonesia sejak dini sebenarnya sudah belajar minimal bilingual (dua bahasa) bahkan multilingual meskipun hanya bahasa daerahnya sendiri.
Penjelasan lebih gamblang diungkapkan oleh Dra. Mayke S. Tedjasaputra M, Si. seorang dosen perkembangan anak di Fakultas Psikologi UI. Mommies Daily melansir hasil wawancaranya dengan Dra. Mayke tentang tema ini.
Menurutnya, kemampuan bicara anak memang beda-beda. Sehingga, bagi para orang tua yang ingin mengajarkan lebih dari satu bahasa kepada anaknya hendaklah memperhatikan kemampuan bicara anak terlebih dahulu. Bagi anak yang nampak kesulitan atau bingung untuk membentuk kata-kata, sebaiknya bahasa ibu dimantapkan terlebih dahulu.
Jangan Diikutkan Kursus atau Les dengan Metode Formal
Masih menurut Ibu Mayke, anak-anak di bawah 5 tahun sebaiknya tidak dipaksa belajar bahasa asing sampai diikutkan les. Jika sudah di atas 5 tahun barulah boleh diikutkan les atau kursus namun jangan yang menggunakan metode formal. Ia menyarankan memilih les bahasa yang menerapkan metode seperti learn by doing sehingga anak tidak akan bosan.
Memang, mengajarkan bahasa asing sejak dini akan menghasilkan keunggulan dari segi aksen. Namun itu pun juga tergantung pada kefasihan aksen pengajarnya. Metode Learn by Doing sangat efektif digunakan karena mereka akan belajar dalam suasana bermain yang menyenangkan.
Kiat Mengajarkan Bahasa Asing pada Anak Usia Dini
Ada beberapa kiat penting untuk mengajarkan bahasa asing pada anak usai dini. Antara lain dimulai dengan kosakata yang dikuasai orang tua, menggunakan beberapa kata bahasa asing dalam percakapan, mengajak nonton program TV berbahasa asing, dan memberikan berbagai permainan yang mengadung pengajaran bahasa asing.
Sebagai penutup, untuk menunjang kemampuan bicara anak dalam bahasa asing, hendaklah mengutamakan Bahasa Indonesia lebih dahulu. Jangan sampai bahasa sendiri justru asing baginya hanya demi mengejar kemampuan bilingual ataupun multilingual. Jangan lupa juga menyesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan anak.