Ketika berbicara pada anak, Anda pasti memiliki tujuan tertentu untuk kebaikan si kecil. Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak terbukti dapat mengembangkan sifat-sifat positif dalam diri anak, seperti rasa aman dan bahkan kepercayaan diri. Akan tetapi, Anda mungkin pernah tanpa sadar berbicara dengan cara yang keliru pada anak. Bukannya menyampaikan maksud atau pesan-pesan dengan baik, Anda justru berpotensi membuat anak merasa minder atau takut.
Ingin bisa berkomunikasi dengan anak secara efektif? Berikut 5 kesalahan berbicara pada anak yang sebaiknya Anda hindari.
Terlalu Merecoki Anak
Ketika ada banyak hal yang harus diselesaikan, orang tua sering tanpa sadar merecoki anak misalnya, “Pakai baju, jangan lambat-lambat! Pakai sepatu! Habis ini siapkan tas! Gimana sih? Kalau terlambat, itu salahmu sendiri!” Cara bicara seperti ini secara tidak langsung membuat anak merasa Anda tidak memercayainya. Hal ini bisa berkembang menjadi sikap pasif-agresif bahkan membangkang, dan menurunkan kepercayaan diri anak.
Solusinya, gunakan instruksi yang jelas sekaligus bebas nada negatif. Misalnya, “Kamu harus sudah rapi kalau mama masuk kamar ya, supaya kamu tidak terlambat dan ditanya guru.”
Membuat Anak Merasa Bersalah
Rasa empati pada anak berkembang berangsur-angsur, sehingga orang tua kerap mencoba mengembangkannya dengan menggunakan rasa bersalah sebagai senjata. Misalnya, ketika anak tidak membereskan mainannya, orang tua mungkin berkata, “Mama ‘kan capek bersih-bersih, apa kamu tidak kasihan sama mama?” atau “Kalau papa tersandung mainanmu, terus luka, bagaimana? Kamu mau buat papa luka?” Akan tetapi, melakukan hal ini secara berlebihan akan menanamkan perasaan negatif pada anak, serta mengembangkan hal-hal seperti rasa bersalah dan tidak percaya diri.
Solusinya, gunakan perumpamaan yang lebih positif, misalnya, “Kamu suka ‘kan kalau rumah bersih? Makanya, bereskan mainanmu, ya, supaya rumah kita bersih.”
Merespons Seadanya dan Setengah Hati
Apakah Anda pernah melakukan ini? Ketika si kecil menghampiri Anda dengan bersemangat sambil menunjukkan gambar buatannya, atau bercerita bahwa dia berhasil menemukan teman-temannya dengan cepat saat bermain petak umpet, Anda hanya berujar, “Oh ya, bagus sayang, sekarang kamu main sana sama adik, ya,” sambil terus menatap ponsel atau mengerjakan tugas rumah. Berbicara pada anak secara sambil lalu akan membuat anak merasa terabaikan atau tidak penting di mata Anda.
Solusinya, saat anak berbicara pada Anda, pastikan melakukan kontak mata dan berikan tanggapan yang menunjukkan bahwa Anda memahaminya.
Bicara Panjang Lebar
Ketika Anda berbicara pada anak usia prasekolah hingga awal SD, ingat bahwa otak mereka belum mampu menyerap begitu banyak informasi sekaligus. Ketika Anda berbicara panjang lebar dan menjejalkan begitu banyak informasi sekaligus, terutama jika isi kata-kata Anda adalah berbagai tuntutan atau perintah, anak akan kebingungan dan sulit memahami pesan Anda. Selain itu, jika anak menangkap nada kemarahan atau tuntutan dalam kata-kata Anda, ini akan membuatnya merasa cemas.
Solusinya, bagi instruksi Anda menjadi maksimal dua kalimat sekali ucap. Jangan lupa menghilangkan aspek negatif seperti menjelek-jelekkan anak.
Selalu Membandingkan Anak
Memotivasi anak adalah hal wajar. Akan tetapi, jika Anda selalu “mengadu” anak dengan orang lain yang dianggap lebih baik atau berprestasi, Anda berpotensi menurunkan kepercayaan diri anak. Jika hal ini berlanjut, anak akan tumbuh dengan rasa rendah diri, serta selalu meragukan kemampuannya sendiri. Anda lebih baik menekankan potensi anak serta apa yang bisa dilakukannya untuk meningkatkan prestasinya.
Jangan remehkan dampak dari cara Anda berkomunikasi dengan anak. Pastikan menghilangkan semua kebiasaan buruk di atas saat berbicara dengan anak, dan tanamkan aspek-aspek positif dalam gaya komunikasi keluarga demi tumbuh kembang si kecil.