Khawatir Remaja Jadi Korban Pelecehan di Sekolah/Kampus? Ajarkan 5 Hal Ini Pada Mereka
Berita mengenai banyaknya remaja yang menjadi korban pelecehan tentu mengkhawatirkan. Lebih seram lagi, peristiwa naas ini justru juga terjadi di sekolah atau tempat kuliah. Instansi pendidikan yang seharusnya memberikan rasa aman bagi anak justru malah menjadi lahan yang mengancam.
Meskipun bisa terjadi siapa saja, remaja putri lebih banyak yang menjadi korban pelecehan. Pelakunya juga lebih banyak orang yang seharusnya dipercaya. Misalnya: teman sekolah, kakak kelas, dan bahkan hingga pengajar. Orang yang tidak dikenal justru terjadi di luar lingkungan rumah maupun sekolah.
Lalu, bagaimana membantu remaja mengatasi masalah ini? Bagaimana mereka dapat mengenali ‘musuh dalam selimut’ dan menghindar sebelum terlambat? Inilah lima (5) cara yang dapat dilakukan:
Ajarkan remaja mengenai konsep dan citra diri yang positif
Masa remaja adalah masa penuh gejolak akibat perkembangan hormonal. Di masa ini, anak lebih rentan dengan peer pressure (tekanan teman sebaya). Salah satunya terkait dengan masalah pergaulan, termasuk dengan lawan jenis.
Daripada membatasi pergaulan remaja karena takut berlebihan, bekali anak dengan konsep dan citra diri yang positif. Buat remaja putri tetap merasa percaya diri meskipun tidak punya pacar seperti teman-teman mereka. Tekankan juga bahwa fokus terpenting mereka adalah belajar hingga lulus kuliah sebelum bekerja.
Ajarkan remaja mengenai otonomi tubuh sendiri dan hak untuk menolak
Masih terkait dengan nomor satu, otonomi tubuh sangat penting untuk dipahami remaja putri. Lingkungan sosial memang mengharapkan anak perempuan untuk bersikap lebih ramah dan berusaha menyenangkan orang. Sayangnya, hal ini juga membuat mereka rentan menjadi korban pelecehan.
Remaja bisa memutuskan untuk punya pacar atau tidak. Apa pun keputusan mereka, ajarkan bahwa pacar bukanlah segalanya.Bila pacar meminta hubungan di luar batas norma dan marah saat ditolak, yakinkan anak bahwa ini bukan akhir dunia. Remaja putri berhak menolak bila diminta melakukan sesuatu yang membuat mereka tidak merasa nyaman.
Ajak remaja untuk lebih waspada dan menjaga diri sendiri
Di era digital ini, akses informasi banyak sekali. Remaja bisa bebas mengakses konten berita, terutama yang terkait dengan kasus pelecehan. Ajak mereka untuk duduk bersama dan membahas mengenai hal itu. Setelah itu, Anda bisa mengajarkan mereka untuk menjaga diri sendiri.
Latihan bela diri, meskipun hanya ketrampilan dasar, minimal dapat mengurangi kemungkinan remaja menjadi korban pelecehan. Selain itu, mereka juga harus belajar mempercayai insting sendiri bila merasa tidak aman. Misalnya: saat guru lain jenis kelamin mendadak minta bertemu berdua saja di ruangan sepi – dengan pintu ditutup.
Ajak remaja untuk berani melapor bila ada pelecehan terjadi di sekolah atau kampus mereka
Remaja mungkin menjadi tempat curhat teman-temannya atau menyaksikannya sendiri. Daripada bersikap masa bodoh (karena merasa ini bukan urusan mereka), ajarkan remaja untuk berempati pada korban. Jangan takut untuk melapor pada orang tua maupun pihak kampus bila teman menjadi korban pelecehan.
Biarkan remaja tetap merasa aman untuk berkomunikasi mengenai apa pun pada orang tua mereka sendiri
Orang tua seharusnya menjadi tempat teraman bagi anak untuk bercerita mengenai apa pun. Bila anak sudah terlanjur menjadi korban pelecehan, bantulah mereka untuk mengatasi trauma sekaligus menemani mereka saat melapor pada pihak berwajib. Jangan malah menyalahkan mereka karena menganggap mereka kurang berhati-hati.
Semua orang tua ingin anak-anak mereka merasa aman, di mana pun mereka berada. Daripada bersikap terlalu melindungi dan merampas kebebasan remaja, ajarkan mereka untuk bersikap waspada dan lebih berani agar tidak menjadi korban pelecehan.
How useful was this post?
Click on a star to rate it!
Average rating 0 / 5. Vote count: 0
No votes so far! Be the first to rate this post.
Be the first to write a comment.