Anak Mau Kuliah Online? Kenapa Tidak?
Setelah lulus SMA, kebanyakan remaja memilih kuliah dengan cara biasa atau reguler. Selain ingin merasakan pengalaman langsung berinteraksi di kampus dengan sesama mahasiswa dan dosen, anak pasti juga bangga menjadi almamater dari universitas terkenal. Makanya, belum banyak yang terpikir untuk mau kuliah online.
Namun, bagaimana bila anak memutuskan untuk mau kuliah online? Mungkin Anda akan bertanya-tanya dan sedikit skeptis. Bukankah biasanya anak lebih ingin kuliah di tempat mereka juga bisa bersosialisasi? Apa jangan-jangan anak menjadi korban bullying di sekolah, sehingga merasa kapok bertemu orang banyak?
Ada beberapa pertimbangan seorang anak memutuskan untuk mau kuliah online. Beberapa di antaranya adalah:
- Program kuliahnya memang sesuai minat dan belum tentu ditemukan di kuliah reguler.
- Kampusnya berada di luar negeri, namun menyediakan kelas ‘distance learning’ atau ‘online learning’ untuk mahasiswa di negara lain.
- Anak ingin kuliah sambil bekerja.
- Anak mendapatkan tawaran beasiswa untuk kuliah online.
Sayangnya, banyak mitos seputar kuliah online yang mungkin membuat Anda ragu. Untuk mendukung anak yang mau kuliah online, yuk kita cek kelima (5) mitos paling terkenal dan faktanya:
Kuliah online = tidak ada yang mengawasi, kualitas pengajaran rendah
Berbeda dengan kuliah reguler yang mengharuskan mahasiswa datang ke kelas pada waktu tertentu, kuliah online bisa dilakukan kapan saja. Memang, ada beberapa tugas dan live streaming class yang harus diakses pada waktu tertentu. Presensi dan deadline tugas juga masih ada.
Kenyataannya, kuliah online justru jauh lebih sulit dari kuliah reguler. Mahasiswa dituntut untuk lebih disiplin dan bisa membagi waktu. Jadi, tetap saja anak tidak boleh menunda-nunda dalam mengerjakan tugas bila tidak ingin nilai IPK rendah atau harus mengulang mata kuliah.
Kuliah online = mudah untuk menyontek
Karena tidak banyak diawasi oleh dosen, banyak yang beranggapan bahwa kuliah online berarti lebih mudah untuk menyontek, baik dalam mengerjakan tugas maupun ujian. Untuk mengatasi hal ini, ada beberapa kuliah online yang mensyaratkan mahasiswa untuk datang ke kampus saat ujian. Namun, ada juga yang berupa take-home test.
Kenyataannya, sekarang sudah banyak software yang berfungsi untuk mendeteksi plagiarisme atau copyscape pada karya tulis yang dikirim secara online. Jadi, mau tidak mau, mahasiswa harus mulai terbiasa jujur dalam mengerjakan banyak hal.
Kuliah online = akreditasi ijazah diragukan
Bagaimana setelah lulus dari kuliah online? Apakah akreditasi ijazahnya akan berbeda dengan kuliah reguler?
Kenyataannya, sekarang sudah banyak program kuliah online yang akreditasi ijazahnya sama dengan perkuliahan reguler. Perusahaan-perusahaan sekarang juga lebih mementingkan kemampuan kerja daripada hanya mempertimbangkan CV.
Kuliah online = sulit bagi yang gaptek (gagap teknologi)
Orang tua bisa jadi merasa bahwa kuliah online akan sulit dilakukan. Namun, bagi anak zaman sekarang yang sudah melek teknologi dan terbiasa menggunakan internet, kuliah online tidaklah sulit. Lagi pula, sesudah mendaftar program kuliah online, pihak kampus akan menjelaskan semua peraturan dan tata cara berkuliah. Bila anak kesulitan, mereka pun bisa langsung bertanya kepada admin kampus.
Kuliah online = bagaimana bila koneksi internet bermasalah?
Bila kampus tersebut sudah lama menjalankan kuliah online, seharusnya mereka sudah mengetahui cara menangani masalah ini. Bila masalah koneksi internet berasal dari Anda, Anda tinggal mencari koneksi internet yang kuat. Baik mau kuliah online atau pun reguler, yang penting cita-cita anak tercapai.
How useful was this post?
Click on a star to rate it!
Average rating 0 / 5. Vote count: 0
No votes so far! Be the first to rate this post.
Be the first to write a comment.