Sebagai syarat kelulusan dan memperoleh gelar sarjana, menyusun skripsi merupakan ujian akhir yang wajib diselesaikan para mahasiswa. Persiapannya jelas tidak bisa dilakukan secara mendadak. Akan jauh lebih baik apabila persiapan menyusun skripsi sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari.
Mahasiswa yang lebih siap dengan rencana skripsi, biasanya jarang mendapatkan kendala dan hambatan yang berat. Karena rencananya sudah diatur dalam daftar prioritas, mereka sudah mampu membayangkan solusi dari berbagai hambatan di tengah proses penyelesaiannya.
Akan tetapi, jauh lebih banyak mahasiswa yang tidak menyusun skripsi dalam sebuah perencanaan matang. Hampir 80 persen mahasiswa di Indonesia, berada pada situasi tersebut. Tema skripsi yang akan dibahas sering kali masih samar. Ketika tenggat waktu pengumpulan rancangan penulisan sudah semakin dekat, barulah mereka kelabakan.
Situasi tersebut diperparah dengan berbagai takhayul yang menghantui rencana menyusun skripsi. Selalu saja ada masalah dan keraguan yang menghantui, setiap kali mereka hendak menulis paragraf pertama. Sejumlah takhayul dalam menyusun skripsi, yang sebaiknya dihindari oleh para mahasiswa, antara lain:
1. Persiapan Sejak Hari Pertama Kuliah
Rencana menyusun skripsi sejak jauh-jauh hari memang menimbulkan rasa relaks dan nyaman dalam pengerjaannya. Namun mempersiapkan sejak hari pertama kuliah, bukanlah cara yang benar untuk memulai rencana skripsi.
Ibarat pengalaman pertama bertamu ke rumah teman atau rumah pacar, tentu ada beberapa perasaan sungkan. Jangankan ajakan makan bersama. Untuk menumpang kamar mandi saja Anda pasti sering merasa malu. Selain belum terbiasa, Anda pun tidak ingin dianggap sok akrab dengan tuan rumah.
Sama halnya dengan skripsi. Pengalaman menyelesaikan tugas akhir demi gelar sarjana tersebut, bukanlah proses yang instan. Takhayul bahwa Anda perlu memikirkan rencana skripsi sejak hari pertama kuliah, sama saja menyia-nyiakan pengalaman berharga yang akan Anda dapatkan selama menjalani perkuliahan.
2. Membatasi Lingkungan Pergaulan
Sepanjang sejarah peradaban manusia, kemampuan orang untuk berkreasi dan berinovasi tidak terjadi karena mereka membatasi pergaulan. Justru dengan membiasakan diri beradaptasi pada berbagai lingkungan, mereka jadi lebih mudah menemukan alternatif berpikir dan menyelesaikan suatu permasalahan.
Apabila skripsi harus mengorbankan lingkungan pergaulan, sebaiknya Anda pertimbangkan untuk resign dari sekarang. Karena bagaimana pun juga, lingkungan pergaulan selalu mampu memberi inspirasi dan mendorong kreativitas berpikir. Jadi, pastikanlah Anda tidak terjebak takhayul dari orang-orang yang susah bergaul.
3. Menolak Senioritas
Perdebatan penting tidaknya senioritas di kampus, selalu berujung pada penolakan bullying. Logika berpikir itu tentu saja tidak memiliki dasar argumentasi yang kuat. Lagi pula, kalau sentimen senioritas selalu berarti bullying, mengapa tetap banyak dosen yang dipekerjakan berdasarkan kesamaan almamater?
Sesat logika tersebut, mau tidak mau terbawa juga pada rencana menyusun skripsi. Keasyikan bermain dengan sesama angkatan, mempersulit Anda mendapatkan pengalaman menyelesaikan skripsi.
Jika takhayul ini dipertahankan, suka duka skripsi hanya akan menjadi rumor. Anda dipastikan kehilangan kesempatan meneladani pengalaman para senior yang sudah lebih dulu menempuh proses skripsi yang berliku.
4. Fokus Tanpa Membuka Diri
Ketika mahasiswa beranjak ke tahun ketiga perkuliahan, kata ‘fokus’ akan menjadi alarm yang cukup menakutkan. Semester 5 dan semester 6 merupakan fase paling menentukan pada rencana menyusun skripsi.
Tuntutan untuk fokus akan datang menyergap dari orang tua dan teman-teman terdekat. Keputusan tetap ada di tangan Anda. Sebaik-baiknya fokus yang bermanfaat, tentu tidak harus dipraktikkan dengan menutup diri.
Seandainya ada kesempatan magang atau bekerja paruh waktu, Anda sebaiknya tidak menolaknya mentah-mentah. Jadikan kesempatan tersebut sebagai pengalaman yang akan memperkaya penulisan skripsi Anda.
Pada dasarnya menyelesaikan skripsi bukan sekadar menuntaskan kewajiban akhir demi gelar sarjana. Para mahasiswa perlu membangun kebanggaan pada proses menyusun skripsi, dengan menghindari sejumlah takhayul di atas.