Minat baca pelajar yang rendah dapat terlihat secara kasar di dalam berita-berita dan perilaku para pelajar dalam menjalani proses belajarnya. Hal itu menjadi salah satu penegasan kondisi literasi Indonesia sebagaimana ditunjukkan oleh data UNESCO tahun 2006 yang menempatkan Indonesia di urutan 60 dari 61 negara. Data ini baiknya disikapi secara serius oleh semua pihak. Masyarakat dengan tingkat literasi yang rendah bukanlah sesuatu yang membanggakan jika ingin bersaing dengan negara-negara maju.
Dalam sebuah kesempatan, Mendikbud Prof. Muhadjir Effendy bahkan menggambarkan minat baca pelajar kelas XII kita hanya setara dengan kemampuan literasi pelajar kelas VIII di negara maju. Hal ini patut disikapi dengan serius jika kita menginginkan SDM yang mampu bersaing di masa globalisasi ini.
Pustakawan STIE PERBANAS, Setiawan Hartadi menyebutkan beberapa faktor penghambat minat baca pelajar ini. Faktor-faktor tersebut adalah:
- Sistem pembelajaran di Indonesia belum mendukung teciptanya kebiasaan membaca buku lebih banyak dari apa yang diajarkan. Akibatnya, pasa siswa tidak mencari informasi lebih dari apa yang diterima di bangku sekolah.
- Ada banyak program TV dan permainan yang menjauhkan masyarakat dari buku. Padahal, perkembangan teknologi bisa meningkatkan minat baca karena internet merupakan sarana visual untuk mendapatkan informasi yang lebih mutakhir. Namun, yang dicari di internet justru ragam visual yang kurang tepat bagi konsumsi anak-anak.
- Semakin banyak tempat hiburan seperti karaoke, taman rekreasi, mall, kafé, dan supermarket. Banyak orang lebih suka menghabiskan waktunya di tempat-tempat seperti itu daripada duduk membaca.
- Budaya baca masih belum diwariskan oleh nenek moyang kita, hal ini terlihat dari kebiasaan mendongeng sebelum tidur. Kebiasaan ini hanya dilakukan secara verbal saja dari orang tua kepada anak, dan tidak diimbangi dengan kebiasaan membaca.
- Tuntutan hidup mengharuskan para ibu bekerja sehingga waktu untuk membaca sangat sedikit.
- Masyarakat menganggap buku sangat mahal sementara jumlah perpustakaan masih sedikit.
Menyikapi hal tersebut, berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat baca pelajar sejak usia dini.
- Budaya membaca harus diawali terlebih dahulu oleh orang tua. Anak-anak Sekolah Dasar atau tingkat di bawahnya memiliki kecenderungan mengikuti tingkah laku lingkungan. Dengan kata lain, anak adalah produk lingkungannya. Budaya membaca untuk anak harus dimulai dari orang tua yang memiliki budaya serupa.
- Jauhkan anak-anak dari hal-hal yang berpotensi mengalihkan perhatiannya dari buku. Seperti gadget, matikan TV, komputer, akses internet atau lingkungan yang kontra produktif.
- Buat semacam jadwal wajib membaca buku di dalam keluarga. Beberapa pemerintah daerah sudah mencanangkan program wajib belajar sejak pukul 18.00 hingga beberapa jam ke depan. Orang tua juga bisa mendukungnya dengan menemaninya membaca dan menjadi teman bertanya untuk anak
- Jika anak belum senang membaca, orang tua bisa mengikuti langkah sederhana berikut untuk membangkitkan minat baca pelajar:
- berikan anak bacaan yang sekiranya dia senangi seperti majalah atau bacaan menarik untuk anak sumurannya,
- berikan anak bacaan ringan dan menyegarkan agar anak menemukan ketertarikan dalam membaca,
- biarkan anak menemukan bacaan-bacaan yang dia senangi. Pola sederhananya adalah membaca senang baru senang membaca.
5. Ajak anak mendiskusikan hal-hal yang sudah dia baca. Kemudian dorong dia agar lebih banyak membaca topik-topik lainnya.
6. Usahakan memiliki perpustakaan atau ruangan baca keluarga.
Minat baca pelajar akan sangat mudah terbentuk jika pelajar juga didukung sarana untuk membaca. Seperti perpustakaan yang lengkap, lingkungan yang kondusif untuk berdiskusi, atau teman-teman yang mendukung minat bacanya.