Pendidikan Luar Sekolah yang Sebaiknya Diberikan untuk Pelajar SMP

Untuk menunjang kehidupan, banyak sekali pengaplikasian ilmu yang terlibat. Sementara itu, pelajaran di sekolah hanya mampu mencakup aspek edukasi. Alhasil, pendidikan luar sekolah sangat diperlukan agar seorang individu lebih berdaya. Pada umur 13 tahun atau katakanlah SMP, adalah masa anak menuju dewasa, sehingga pembekalan ini sebaiknya diberikan agar masa depan lebih terarah.

Pendidikan luar sekolah adalah setiap kesempatan di mana terdapat komunikasi yang teratur dan terarah di luar sekolah, di mana seseorang memperoleh informasi-informasi pengetahuan, latihan ataupun bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan hidupnya dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap-sikap peserta yang efisien dan efektif dalam lingkungan keluarga bahkan masyarakat dan negaranya (Adikusumo, 1986). Jadi, bagaimana tentang ekstrakulikuler?

 

Meski sekilas terlihat sama, ada hal pembeda paling mencolok antara pendidikan luar sekolah dan ekstrakulikuler adalah dari tujuannya itu sendiri. Jika yang pertama lebih mengutamakan pengembangan bakat dan minat, selanjutnya memiliki cakupan besar, di mana ilmu dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengingat banyaknya jenis serta campur tangan berbagai lembaga.

Poin pertama yang sebaiknya diberikan pada pelajar SMP adalah pendidikan kepemudaan. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan semangat dan kecintaan terhadap negara serta memiliki pemikiran atau pandangan visioner.

Selanjutnya, ada pendidikan yang bersifat kelompok belajar. Pada kategori ini, peran sekolah sangat penting, di mana mengumpulkan siswa-siswa dengan kemampuan sama dalam suatu mata pelajaran. Dari upaya ini, persiapan olimpiade juga lebih maksimal dan membuat murid lebih termotivasi untuk mengikuti perlombaan pada jenjang berikutnya. Kemudian, secara tidak langsung mereka akan memiliki passion kuat.

Di posisi ketiga ditempati oleh pendidikan kecakapan hidup. Pada dasarnya, manfaat yang didapat adalah tahu bagaimana cara menghadapi masalah secara wajar dan mampu menemukan solusi kreatif. Di sisi lain, jika dianalogikan, ini tidak ubahnya seperti penghubung semua mata pelajaran, lalu fungsinya lebih disederhanakan agar dapat diaplikasikan selain di sekolah.

Kemudian, pendidikan luar sekolah berbasis agama juga tidak kalah penting untuk diberikan. Menginjak remaja, seorang anak memasuki fase coba-coba, sehingga bekal ini mampu mengingatkannya tentang baik buruk suatu hal.

Terakhir, life skill sangat dibutuhkan agar memiliki keahlian yang diperlukan masyarakat. Bahasan ini tidak melulu soal akademik, melainkan tahu bagaimana cara bersikap dengan baik serta terlatih untuk mandiri. Setinggi apa pun mengenyam pendidikan, jika tidak dipelajari secara khusus tidak akan pernah mendapatkannya.

 

Lantas, apakah karena anak sudah mendapatkan pendidikan formal dan nonformal di atas, perang orangtua dalam mendidik sudah berhenti sampai di situ? Tentu tidak. Ajarkan etika berkendara, misalnya, mengingat banyaknya jumlah kecelakaan di bangku pelajar. Sopan santun, menghargai perbedaan, dan mengatur keuangan juga sangat dibutuhkan.

Apa lagi pendidikan luar sekolah yang sebaiknya diberikan? Kalau kedua poin ini sepertinya masih menjadi pekerjaan rumah, ya. Tidak lain tidak bukan adalah bagaimana cara menggunakan media sosial secara tepat serta memanfaatkan teknologi, terutama internet.

Pada usia-usia seperti ini seorang anak masih labil, sehingga tidak bisa menyaring informasi dan mengakibatkan terbawa arus. Sebagai langkah awal, kenalkan pada kursus daring untuk mengisi waktu luang.

Pendidikan luar sekolah dibagi ke dalam beberapa jenis. Namun, khusus pada usia 13 atau jenjang SMP, sifat yang diberikan lebih ke pengembangan diri. Sekilas, pengertiannya hampir sama dengan ekstrakulikuler, tapi pembedanya adalah kegunaan di kehidupan sehari-hari. Selain sekolah dan lembaga, orangtua juga bisa memberikan bekal ini demi tercapainya manusia berakal dan berperilaku baik.