TikTok, sebuah platform media sosial yang paling populer di Indonesia kembali menjadi bahan perbincangan banyak orang. Kali ini disebabkan karena kasus viral permainan Roleplay TikTok. Awal mula kasus ini terkuak karena ada seorang ayah yang memergoki anak perempuannya tengah memainkan Roleplay TikTok dengan karakter yang jauh di atas usia aslinya.
Permainan Roleplay yang viral di TikTok ini adalah sebuah kegiatan di mana seorang pengguna TikTok melakukan peran karakter tertentu yang berbeda dengan kepribadian aslinya. Roleplay ini meliputi cara bicara, penggunaan filter tertentu, cara berpakaian, dan sebagainya.
Kehadiran Roleplay di media sosial
Sebenarnya, Roleplay ini sudah lama ada. Medianya pun beragam, mulai dari Facebook, Instagram, Twitter maupun aplikasi game lainnya. Roleplay awalnya merupakan bentuk hiburan semata dan biasanya dimainkan oleh orang dewasa.
Namun berbeda dengan kasus tren Roleplay TikTok yang tengah viral saat ini. Orang dewasa yang bermain sosmed dan Roleplay dinilai sudah lebih bijaksana. Mereka mampu membedakan dunia asli dan dunia maya, mana yang salah dan benar, serta bisa membatasi diri sendiri dalam pergaulan dunia maya.
Sedangkan anak-anak yang tengah mengakses Roleplay lebih rentan menghadapi bahaya. Bukan hanya terkait kejahatan dunia maya, tapi juga berpotensi mengalami gangguan kesehatan mental.
Bikin ketagihan
Via Freepik
Ketika seorang anak bermain Roleplay dan melakukan interaksi dengan banyak orang, tanpa disadari ada produksi hormon dopamine berlebih yang membuat dirinya nyaman dan senang. Misalnya saja ketika si anak mendapatkan banyak like dan videonya viral.
Sayangnya, efek hormon dopamine ini tidak akan bertahan lama. Bisa dikatakan sebagai kesenangan sesaat saja. Sehingga ketika anak tidak bermain roleplay TikTok sebentar saja, ia akan bosan dan akan terus-menerus memainkannya hingga menyebabkan ketagihan.
Bahkan sejumlah studi yang menyatakan bahwa bermain permainan semacam ini secara berlebihan bisa menyebabkan anak mengalami penurunan kesehatan mental, depresi, stress, dan gangguan kecemasan.
Kehilangan jati diri
Masa kanak-kanak dan remaja menjadi momen yang krusial dalam urusan pencarian jati diri. Mereka akan mencoba banyak hal hingga menemukan sesuatu yang cocok. Ketika seorang anak malah menghabiskan masa tersebut dengan bermain Roleplay, bukan tidak mungkin nantinya si anak malah akan kehilangan jati diri. Justru mereka akan menerapkan atau meniru karakter Roleplay yang selalu ia mainkan.
Permasalahannya adalah jika karakter Roleplay yang dimainkan oleh anak merupakan karakter dewasa yang usianya jauh di atas usia asli anak. Belum lagi jika karakter tersebut identik dengan sikap yang kurang sopan, terlalu centil, dan sebagainya.
Terlena dengan ketenaran
Via Freepik
Kasus viral tren Roleplay TikTok yang terkuak oleh sang ayah ini bisa dibilang cukup menggemparkan. Lantaran akun yang dioperasikan oleh si anak sudah memiliki pengikut hingga lebih dari 20 ribu followers. Gelimang ketenaran bisa jadi pemicu anak menghalalkan berbagai cara untuk mempertahankan ketenaran tersebut.
Penyebab utama anak bermain Roleplay TikTok
Sebelumnya sudah dibahas jika anak gemar bermain Roleplay TikTok lantaran bisa memberikan perasaan bahagia. Mungkin Anda jadi bertanya, memangnya di kehidupan aslinya si anak tidak mendapatkan perasaan bahagia? Jawabannya, bisa jadi. Bisa jadi si anak memang tidak mendapatkan perhatian dan rasa kasih sayang di kehidupan nyata. Contohnya di lingkungan keluarga dan pertemanan di sekolah. Alhasil mereka mencari tempat lain, termasuk medsos, di mana mereka bisa menemukan teman baru yang mau memberi perhatian dan apresiasi. Sayangnya, berteman dan menerima perhatian atau apresiasi di usia anak yang belum cukup matang dapat menimbulkan potensi bahaya untuk si anak, apalagi jika tanpa pengawasan orang tua.
Sebenarnya, bermain Roleplay ada manfaatnya juga. Misalnya untuk meningkatkan kreativitas, imajinasi, dan kemampuan problem solving anak. Hanya saja lebih baik dilakukan di dunia nyata dan diawasi oleh orangtua. Beberapa Roleplay yang bisa dilakukan anak di dunia nyata adalah bermain dokter-dokteran, masak-masakan, atau roleplay pedagang dan pembeli. Namun jika orang tua tetap ingin mengijinkan anak untuk bermain Roleplay, sebaiknya tetap perhatikan batasan usia dan berikan pemahaman serta pengawasan terhadap anak secara ketat.