Sesuai peraturan pemerintah, anak harus berusia 7 tahun saat masuk bangku sekolah dasar. Namun, baru-baru ini pemerintah merevisi aturan tersebut dengan tidak mewajibkan tes membaca, menulis, dan berhitung dalam proses seleksi penerimaan siswa baru. Selain itu, anak berusia minimal 6 tahun per tanggal 1 Juli pada tahun berjalan. Tambahan lagi, anak yang berusia 5 tahun 6 bulan dapat mengikuti pendidikan sekolah dasar dengan syarat ia memiliki kecerdasan atau bakat istimewa yang juga dibarengi dengan kesiapan psikis. Namun, pengecualian tersebut harus bisa dibuktikan dengan rekomendasi tertulis yang diberikan oleh psikolog profesional atau dewan guru sekolah. Artinya, kondisi khusus tersebut juga tetap perlu diteliti lebih lanjut. Ketika anak belum cukup umur masuk SD, bukan hanya karena kemampuan calistung mereka belum memadai, tetapi juga kematangan aspek psikologis anak.
Lalu, mengapa harus 7 tahun? Pertama, rentang konsentrasi anak lebih panjang, yakni 30 – 45 menit. Kedua, keterampilan motorik anak sudah terasah, otot dan sarafnya sudah ‘jadi,’ sehingga gerakannya lebih terarah. Ia pun lebih siap untuk menerima berbagai materi yang diberikan gurunya. Apalagi, materi yang disajikan saat pembelajaran sudah berada pada tataran pengenalan konsep, sehingga anak harus punya kemampuan berpikir runtut dan penalaran yang baik.
Kemandirian dan kepercayaan diri anak juga menjadi indikator kesiapan anak memasuki bangku SD. Biasanya hal ini baru tampak pada usia 6 tahun, dan semakin matang saat anak berusia 7 tahun. Kedua aspek ini akan sangat membantu anak dalam mengikuti dan menyelesaikan instruksi, melakukan aktivitas harian seperti makan minum dan ke toilet, serta bergaul dengan teman sebayanya.
Bagaimana Jika Anak Belum Cukup Umur Masuk SD?
Lalu, bagaimana jika anak belum cukup umur masuk SD? Anda bisa coba melakukan 3 hal berikut ini.
Mengulang kelas TK B
Alih-alih memaksakan anak belum cukup umur masuk SD, mengapa Anda tidak membiarkan anak mengulang satu tahun lagi di kelas TK B? Cara ini terbilang efektif dalam menunda anak masuk SD, sambil membantu anak mempersiapkan diri agar matang secara fisik dan mental. Anak Anda tidak sendirian kok, ada banyak anak yang usianya masih 5 tahun 6 bulan mengulang TK B daripada masuk SD. Lagipula, aktivitas bermain yang dilakukan di bangku TK juga mendukung kesiapan anak belajar di SD nantinya.
Melatih kemandirian anak
Ini waktunya Anda tidak lagi memanjakan anak. Jika selama ini Anda melakukan semua kebutuhan anak, berilah kesempatan padanya untuk mencoba sendiri. Dari mana memulainya? Tentu saja dari hal-hal sederhana seperti mandi, memakai pakaian, makan dan minum, dan mengenakan sepatu sendiri. Tahan diri Anda agar tidak langsung membantu si kecil, sekalipun ia mengerjakan semua itu dalam waktu yang lama. Jangan lupa, hargai usahanya dengan memberikan pujian jika ia sudah bisa melakukannya sendiri.
Pergi ke psikolog
Anda tahu betul kemampuan calistung si kecil sudah mumpuni untuk anak seusianya. Namun, andal dalam calistung tidak menjamin anak siap 100% sekolah SD. Pergilah temui psikolog untuk melakukan tes kesiapan sekolah. Tes ini akan memotret kematangan sosial si kecil, apakah ia sudah siap atau belum, sudah sampai di manakah ia, dan aspek mana lagi yang harus Anda kembangkan. Dengan demikian, Anda tahu mana saja yang perlu dibenahi dan ditingkatkan dari aspek psikologis si kecil.
Pendidikan sekolah dasar itu seharusnya menjadi fondasi kokoh bagi keberlanjutan pendidikan anak di tingkat yang lebih tinggi. Oleh karena itu, jangan sampai anak merasa terpaksa saat bersekolah. Jika anak belum cukup umur masuk SD, jauh lebih bijak untuk mematangkan lebih dulu kesiapan diri anak, daripada memaksakannya hanya karena merasa ia mampu.