Tidak Melulu Soal Hafalan dan Ujian, Sistem Pendidikan Ini Justru Terbukti Mencerdaskan!
Ketika mendengar kata ‘sekolah’, secara otomatis kita langsung membayangkan betapa mengerikan dan membosankannya kegiatan belajar mengajar tersebut. Seolah hari demi hari dilalui dengan sangat berat dan sulit. Sistem pendidikan di Indonesia seolah mementingkan nilai tinggi dan seolah menjadi faktor yang menentukan sukses atau tidaknya kita di masa depan.
Bahkan di era yang modern ini, sistem pendidikan di Indonesia masih mengandalkan hafalan dan ujian yang dilakukan secara rutin. Misalnya menghafal perkalian, menghafal kosakata bahasa asing, menghafal sejarah Indonesia dan banyak lainnya.
Oleh sebab itu, pada artikel ini akan membahas seperti apa sistem pendidikan lainnya yang terkesan ‘sederhana’ namun malah terbukti mencerdaskan!
Anak-anak di Finlandia baru memulai sekolah di usia 7 tahun
Bila di Indonesia, orangtua akan berlomba-lomba memasukkan anaknya ke sekolah lebih awal dengan harapan anak akan cepat menjadi pintar. Sehingga ketika anak mulai memasuki usia 5 tahun, orangtua mulai bingung untuk memilih SD apa yang terbaik untuk anak mereka. Namanya juga demi pendidikan, pastilah orangtua memilihkan sekolah yang terbaik pula untuk buah hatinya.
Namun sistem pendidikan di Finlandia berbeda, anak-anak baru memasuki sekolah ketika usia mereka menginjak 7 tahun. Hal ini dikarenakan bahwa saat usia masih terlalu dini dan secara mental, pikiran anak masih ingin bermain. Selain itu, usia 7 tahun dianggap sebagai usia yang siap untuk menerima pelajaran. Cara ini dinilai efektif agar anak dapat mencerna pelajaran dengan baik.
Di Singapura, kelas dimulai dengan sesi tanya jawab. Sehingga guru tidak melulu yang memberikan materi dan murid selalu mencatat.
Coba Anda ingat-ingat lagi ketika di sekolah, apa yang biasanya dilakukan ketika kelas akan dimulai? Apakah guru langsung memberikan materi dan murid harus langsung mencatat semua yang dikatakan oleh gurunya? Jika ya, maka hal ini yang menyebabkan siswa di Indonesia cenderung menjadi pelajar yang pasif dan enggan berkontribusi dalam kegiatan belajar mengajar.
Berbeda dengan di Singapura, biasanya guru akan memulai kelas dengan kegiatan tanya jawab. Siswa dianjurkan untuk bertanya dan memikirkan jawabannya bersama-sama sehingga mereka bisa mengembangkan kemampuan problem solving sejak dini.
Di Nanyang University, Singapura, memiliki program ospek bernama Kindness Campaign untuk saling berbagi kebaikan.
Kegiatan ospek merupakan kegiatan yang ‘wajib’ diikuti ketika Anda menjadi siswa atau mahasiswa baru. Mengenakan berbagai macam atribut, membawa barang-barang yang sulit dicari dan tak lepas dari bentakan kakak kelas menjadi hal yang lazim. Meski sekarang ospek sudah dibatasi kegiatannya, namun masih banyak ospek di sekolah atau universitas yang dirasa kurang bermanfaat.
Coba kita bandingkan dengan ospek di Nanyang University, Singapura. Program ospek mereka yang bernama Kindness Campaign ini ternyata dipuji oleh dunia. Bagaimana tidak, program yang bertujuan untuk membagi kebahagiaan kepada 30 orang selama sebulan ini tentunya tidak hanya dirasakan oleh orang lain, tetapi juga untuk membuat diri sendiri merasa lebih bahagia. Cara yang dilakukannya pun beragam, mulai dari membersihkan stasiun kereta, terminal ataupun toilet umum, membantu pekerja manula, memberikan semangat kepada orang lain—pokoknya yang bisa membuat orang lain tersenyum.
Kelihatannya memang simpel, namun efek yang dirasakan sungguh luar biasa, kan?
Anak-anak TK di Jepang hanya bermain dan melakukan aktivitas sehari-hari.
Sistem pendidikan di Jepang menuntut anak-anak agar mandiri semenjak kecil. Hal ini dimulai ketika memasuki usia TK, dimana anak-anak bermain dan melakukan aktivitas sehari-hari seperti mengenal lingkungan, membaca buku, berkebun, keterampilan, olahraga, darmawisata, bahkan kegiatan makan pun diajarkan agar anak bisa merapikan tempat makannya sendiri.
Tapi bukan berarti mereka tidak diajarkan untuk membaca, menulis, berhitung, lho! Justru mereka mempelajarinya dengan cara yang menyenangkan dan sambil bermain sehingga anak tidak merasa seperti sedang belajar.
Nah, sistem pendidikan yang seperti apa yang sebaiknya ada di Indonesia agar menjadi bangsa yang lebih baik?
How useful was this post?
Click on a star to rate it!
Average rating 0 / 5. Vote count: 0
No votes so far! Be the first to rate this post.
Be the first to write a comment.