Mendidik keuangan anak memang susah-susah gampang. Banyak orang tua yang menganggap bahwa anak masih terlalu kecil untuk dibekali dengan pengetahuan dan manajemen keuangan. Padahal, pembiasan yang diajarkan sejak dini akan sangat melekat hingga ia tumbuh dewasa.
Tanpa upaya mendidik keuangan anak, anak akan cenderung mengabaikan tentang usaha-usaha keras yang harus dilakukan orang tua untuk mendapatkan uang. Mereka hanya akan bisa meminta dan menghabiskan uang, tanpa harus berpikir tentang usaha dan nilai uang.
Lalu, bagaimana cara yang tepat untuk memulai mendidik keuangan anak sejak dini? Berikut beberapa tips yang bisa Anda terapkan.
Kenalkan Anak dengan Uang, Nilai dan Fungsinya
Cara pertama mendidik keuangan anak adalah dengan mengenalkannya dengan uang. Anda mulai bisa mengenalkannya dengan cara memberikan uang pada anak sebagai alat pembayaran. Misal, ketika akan membeli jajanan/mainan di depan rumah, biarkan si kecil yang membayarnya. Tentunya, tanpa mengabaikan rambu-rambu dan pengawasan orang tua.
Dengan cara ini, anak akan mulai terbiasa untuk memegang uang, dan akhirnya akan mengerti bahwa uang tersebut memiliki nilai, yakni bisa berfungsi untuk membayar dan mendapatkan sesuatu.
Lebih lanjut, ketika anak mulai menginjak usia 2.5-3 tahun, perlahan Anda mulai bisa mengenalkannya dengan besaran atau nominal uang. Mulai dari yang terkecil –misanya Rp1.000–, hingga sepuluh atau dua puluh ribu rupiah.
Mengatur Uang Saku Anak
Ketika anak telah mengerti fungsi dan nominal uang secara sederhana, langkah selanjutnya untuk mendidik keuangan anak adalah dengan mengajarinya mengelola uang. Uang saku bisa menjadi sarana efektif untuk melatih anak mengelola keuangannya.
Pada tahap ini, Anda harus memahami bahwa uang saku berbeda dengan uang jajan. Istilah uang jajan bisa dipahami anak sebagai uang yang hanya diperuntukkan untuk membeli jajan. Sementara uang saku, adalah uang yang diberikan oleh orang tua untuk dikelola anak. Bisa untuk jajan, menabung, dan beramal.
Anggaplah uang saku adalah penghasilan dan uang pribadi anak, yang harus dikelola dan diatur pengeluarannya. Dengan cara ini, anak akan belajar untuk menyesuaikan apa yang ingin dibelinya dengan uang yang dimilikinya. Alhasil, anak akan belajar hidup sesuai dengan kemampuannya. Kalaupun suatu ketika anak menginginkan sesuatu yang mahal (melebihi jatah uang sakunya), ajari dia untuk mendapatkannya dengan cara menyisihkan uang saku (menabung).
Ajari Anak Menabung
Dalam buku Prodigal Sons and Material Girls: How Not to Be Your Child’s ATM, dijelaskan bahwa ketika anak telah menginjak usia 5 tahun, alangkah baiknya jika anak mulai diajarkan untuk menabung. Biasakan anak untuk membagi uang sakunya menjadi 3 bagian. Yaitu 50% untuk dibelanjakan (jajan/mainan), 25% untuk menabung, dan 25% sisanya untuk aksi sosial atau beramal.
Dengan pembiasaan seperti ini, dijamin anak akan bisa menghargai uang, serta mampu mengatur keuangannya dengan baik. Alhasil, kemandirian ekonomi dan jiwa sosial pun akan terbentuk hingga anak dewasa.
Orang Tua Adalah Contoh Terbaik
Ketika Anda berharap anak-anak bisa mengelola keuangannya dengan baik, tentunya Anda pun harus mampu memberi contoh yang demikian. Sebuah hal yang mustahil ketika Anda menginginkan anak bisa berhemat dan menabung, sementara Anda justru boros dan tidak pernah menabung.
Ingat, orang tua adalah teladan utama bagi anak. Mereka adalah peniru ulung dari segala sesuatu yang ada atau terjadi di depan mata mereka. Jadi, sebagai orang tua Anda harus terlebih dulu membenahi diri dan sikap Anda.
Sejatinya, proses mendidik keuangan anak adalah upaya menyeimbangkan pengeluaran dan menabung. Dan penting ditanamkan sejak belia, agar anak bisa lebih menghargai pentingnya uang dan tidak menyia-nyiakannya. Lebih lanjut, pendidikan keuangan ini pun penting untuk membentuk kemandirian, tanggung jawab, dan kerja keras anak.