Memasuki era kelulusan sekolah, ada satu topik yang hangat diperbincangkan. Tidak lain adalah kegiatan wisuda yang dilakukan pada jenjang TK, SD, SMP, dan SMA. Wisuda sendiri di Indonesia lebih lekat dengan upacara kelulusan mahasiswa perguruan tinggi seperti sarjana, magister, dan doktor. Banyak orangtua protes dengan kegiatan wisuda sekolah yang dinilai hanya membuang-buang uang dan memberatkan perekonomian orangtua murid. Beberapa pihak lainnya pun turut menuntut dan lebih setuju kalau wisuda hanya untuk perguruan tinggi agar momennya lebih eksklusif.
Diprotes banyak orangtua
Via Freepik
Seperti yang kita ketahui, kegiatan wisuda belakangan ini jadi tren untuk merayakan kelulusan anak dari suatu jenjang sekolah. Kegiatan wisuda sekolah yang diwajibkan tentu membuat orangtua terbebani. Bagaimana tidak, ada sejumlah perlengkapan yang perlu dibeli. Salah satunya adalah toga dan jubah. Belum lagi dengan iuran untuk pengadaan acara tersebut. Tidak tanggung-tanggung, ada yang biaya wisudanya mencapai 650 ribu rupiah.
Ada juga pihak yang pro dengan wisuda sekolah
Di tengah banyaknya orangtua yang protes dengan acara wisuda sekolah, ternyata masih ada kok orangtua yang pro. Menurut kalangan yang pro, acara wisuda menjadi salah satu cara untuk mengapresiasi proses belajar anak selama sekolah di jenjang tersebut. Anak-anak juga bisa memiliki kenangan tersendiri terkait kelulusannya.
Pemerintah ikut turun tangan
Masalah yang menjadi polemik ini akhirnya membuat pemerintah untuk ikut turun tangan. Melalui Kementerian Pendidikan Ristek dan Kebudayaan (Kemdikbudristek), terbitlah surat edaran. Surat Edaran Nomor 14 Tahun 2023 tentang Kegaiatan Wisuda pada Satuan Pendidikan Anak Usia Dini, Satuan Pendidikan Jenjang Dasar, dan Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Menengah berisi tentang ketentuan wisuda sekolah (TK hingga SMA) yang sifatnya tidak wajib.
Di sini, pemerintah tidak melarang adanya kegiatan wisuda sekolah pada jenjang TK hingga SMA. Namun jika hendak mengadakan wisuda, sebaiknya dilakukan pertimbangan sehingga tidak membebani keuangan orangtua murid.
Kegiatan wisuda sekolah diharapkan jadi momen penghargaan dan perpisahan yang berkesan. Bukan memancing perilaku hedonis, pemaksaan, diskriminasi, hingga celah untuk munculnya pungutan liar.
Alternatif perayaan kelulusan
Via Freepik
Berbeda dengan kenaikan kelas yang terjadi setiap tahun, tentu kelulusan anak di setiap jenjang sekolah perlu dilakukan secara spesial. Selain wisuda, masih ada kok alternatif perayaan dan kegiatan untuk kelulusan sekolah.
Sebelum ada wisuda sekolah TK hingga SMA, biasanya acara kelulusan dan perpisahan diisi dengan pentas seni. Pengisi acaranya tidak lain adalah murid atau memanggil artis tertentu apabila sudah tersedia dana yang besar.
Beberapa sekolah lain lebih memilih untuk mengadakan liburan keluar kota seangkatan selama beberapa malam. Di tengah acara-acara tersebut, pastinya tetap ada momen penghargaan untuk para murid berprestasi. Meski sederhana dan tidak formal, kenangan sudah pasti tercipta di benak para murid.
Di samping itu, pihak sekolah juga bisa menciptakan kenangan melalui yearbook. Di dalamnya terdapat data diri para murid dan guru agar mereka tetap bisa saling menjaga komunikasi di waktu mendatang. Agar lebih berkesan, yearbook tersebut bisa didesain sesuai keinginan dan kreativitas para murid.
Apapun selebrasi untuk kelulusan murid di setiap jenjang pendidikan, sebaiknya pihak sekolah juga turut mempertimbangkan finansial orangtua murid. Dan tidak ada paksaan, di mana seandainya ada orangtua murid yang keberatan, murid tersebut boleh diijinkan tidak ikut wisuda sekolah.
Kalau Anda sendiri, apakah setuju dengan acara wisuda sekolah untuk murid TK, SD, SMP, dan SMA?