Yuk, Ajarkan Konsekuensi Pada Anak Sejak Dini
Anak memiliki kecenderungan untuk bersikap manja. Bila hal tersebut dibiarkan, anak dapat kehilangan rasa tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri. Bahkan, dia bisa cenderung abai terhadap apa yang dilakukannya dan tidak mengerti akan konsekuensi yang timbul setelahnya. Untuk itu, Anda sebagai orang tentu patut mengajarkan arti penting konsekuensi pada anak sejak dini.
Untuk mengajarkan konsekuensi dengan cara yang tepat dan dapat berefek baik bagi pertumbuhannya, kenalkanlah melalui perbuatan secara langsung. Di antaranya sebagai berikut:
1. Mengenalkan arti konsekuensi natural
Konsekuensi natural merupakan sikap tanggung jawab yang lahir secara alami akibat adanya perbuatan sebab akibat yang dilakukan si kecil. Contoh mudahnya, ketika anak lupa mengerjakan PR sekolah karena asyik bermain padahal besok harus dikumpulkan, maka Anda tidak boleh menolong dan “menyelamatkannya”. Biarkan anak mendapatkan konsekuensi dari perbuatannya yang lupa mengerjakan PR dan terlalu sibuk bermain. Sekalipun anak ditegur guru di sekolah atau dihukum, Anda tidak berhak marah kepada pihak yang menegurnya.
Untuk membantu anak memahami bahwa apa yang dia dapat dari guru tersebut merupakan konsekuensi dari perbuatannya, Anda dapat mengajaknya berbicara dan mengalisis lagi mengapa guru sampai menegurnya di sekolah. Ajak anak berkomunikasi untuk mencari tahu penyebab awal hukuman itu didapat dari sang guru. Ketika si kecil mulai menyadari kesalahannya, maka dia akan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi di lain waktu. Perlahan, makna konsekuensi akan tumbuh secara natural pada anak.
2. Memberi pemahaman akan konsekuensi logis
Konsekuensi logis berbeda dengan natural. Penerapan konsekuensi ini diperlukan adanya penalaran dari anak mengenai apa yang akan dia dapatkan jika melakukan kesalahan. Misal, anak pulang terlambat pada malam hari padahal Anda selaku orang tua sudah menentukan jam malam. Pada saat itu, Anda dapat memberikan hukuman dengan tidak mengizinkan anak keluar pada malam hari selama satu minggu penuh, misalnya, atau tidak mengizinkannya membawa kendaraan pribadi, atau menyita beberapa perlengkapan yang bisa menjadikannya melakukan kegiatan malam.
Tindakan tersebut dapat mengajak anak untuk berpikir, mencari tahu kesalahan yang dia lakukan, dan menyadari akibatnya. Perlahan, anak pun akan mulai mengerti dengan tanggung jawab dan pemahaman akan konsekuensi pada anak pun semakin tumbuh.
3. Hadiah dan Hukuman
Ajarkan kepada anak bahwa perbuatan baik akan menghasilkan konsekuensi yang baik pula. Misalnya ketika anak bekerja keras untuk belajar hingga akhirnya dia berhasil meraih prestasi yang bagus di sekolah. Anda dapat menjelaskan bahwa belajar yang tekun dapat membuahkan hasil yang baik.
Sebaliknya, perbuatan buruk akan menghasilkan konsekuensi yang buruk pula. Misalnya saat anak merundung temannya dan akhirnya dia dihukum oleh guru.
4. Ajari si kecil untuk memecahkan masalah
Pengajaran konsekuensi pada anak dapat dicetuskan dari masalah yang mereka alami. Saat anak membuat kesalahan dan mendapatkan konsekuensi dari perbuatannya, saat itulah Anda bisa mengajarinya untuk bertanggung jawab dan menerima konsekuensi tersebut, bukan malah mencari pembenaran atau melimpahkan kesalahan kepada orang lain.
Dari sana, Anda juga bisa mengenalkan cara menyelesaikan masalah, karena mencari pembenaran atau melimpahkan kesalahan kepada orang lain, tidak akan menyelesaikan masalah.
Meskipun berat di awal karena mungkin anak takut mengakui kesalahannya, tetapi Anda dapat mengajaknya bicara pelan-pelan. Arahkan topik pada masalah yang dihadapi anak. Ajak dia berpikir untuk mencari solusi. Ingat, jangan memarahi maupun menyalahkan anak yang sudah mau terbuka bercerita dan mengakui kesalahannya. Lakukan dengan bahasa yang baik dan fokuskan untuk mengajari anak mencari solusinya.
Itulah empat hal yang bisa Anda lakukan dalam mengajarkan konsekuensi pada anak sejak dini.
IFFAH ISTIFADAH
16 April 2020 at 21:12
disini saya mau bertanya bu? ini anak saya sendiri kita harus mengajarkan anak konsekuensi sejak dini,disini saya punya pengalaman anak saya pernah lupa tidak mengerjakan pR dan saya sengaja tidak membantunya,dan pada akhirnya anak saya disekolah dapat teguran sama bunda2nya,dan anak saya malu sama teman2 nya karena tidak mengumpulkan tugas sendiri,dan disitu anak saya malah takut dan malu masuk sekolah,padahal saya sudah mengasih pengertian agar tidak mengulangi kesalahan itu lagi,akan tetapi sifat anak saya ini terlalu perasa dan penakut,itu gimana ya bu untuk mengatasinya,